Kamis, 22 Januari 2015

Tata Cara Mendirikan SSB (ASSBI)

Tata Cara Mendirikan SSB (ASSBI)



DALAM upaya terus meningkatkan kualitas SSB (Sekolah Sepakbola) sebagai kawah candra dimuka pesepakbola andal di masa depan, Ketua Umum ASSBI (Asosiasi Sekolah Sepakbola Indonesia), Taufik Jursal Effendi, terus melakukan langkah-langkah konkret. Salah satunya adalah membuat standar sekolah sepakbola Indonesia yang berafiliasi ke ASSBI.
Jadi, jika Anda ingin mendirikan SSB, atau ingin mengetahui sejauh mana kualitas SSB yang ingin anak Anda masuki, maka perhatikan beberapa batasan SSB berikut ini.
Dalam konsep ASSBI, SSB di Indonesia terdiri atas tiga kategori: bina bola; SBI (Sekolah Bola Indonesia) bintang 1, 2, dan 3; dan Akademi Sepakbola Indonesia.

Bina Bola merupakan klub yang membina pemain namun belum memenuhi standar persyaratan minimal yakni SBI Bintang 1.

SBI Bintang 1 terdaftar di Komda ASSBI dan ASSBI Pusat dengan lapangan layak pakai, memiliki manajemen kepengurusan baik, fasilitas latihan tersedia, sudah berjalan sedikitnya 3 tahun, minimal punya 2 kategori usia, jadwal latihan tertata baik (jumlah pemain tak melebihi 23 dalam sebuah latihan), rasio pemain-pelatih 20:1. Selain itu, staf pelatih harus berlisensi D dan bersertifikat P3K dengan gaji Rp 1,2 juta hingga Rp 1,7 juta (4 kali latihan per pekan) plus pelatih kiper. Biaya pendaftaran maksimal Rp 350 ribu per siswa, biaya bulanan maksimal Rp 100 ribu per bulan. Untuk pemain U-12 bermain 4v4 hingga 7v7.

SBI Bintang 2 memiliki persyaratan kurang lebih sama dengan sejumlah perbedaan antara lain sudah terbukti berjalan selama 7 tahun dan rasio pemain-pelatih 15:1. Pelatih kepala juga harus berlisensi C dengan staf berlisensi D plus pelatih kiper. Gaji pelatih berkisar antara Rp 2,2 juta hingga Rp 3,2 juta per bulan (5 kali latihan). Biaya pendaftaran tak lebih dari Rp 750 ribu dan biaya bulanan maksimal Rp 300 ribu.

SBI Bintang 3 juga harus terdaftar di ASSBI, utamanya pusat untuk kemudian direkomendasikan terdaftar di PSSI. Selain lapangan yang harus sangat bagus, manajemen juga sangat rapi. Tersedia tenaga fisio, dokter, dan rumah sakit meski bentuknya bisa saja kerja sama. Rasio pemain-pelatih 10:1, selebihnya harus ada asisten. Gaji pelatih serendah-rendahnya Rp 3,8 juta dengan 6 kali latihan per pekan. Lisensi pelatih kepala harus B AFC dan C untuk para asisten. Pelatih kiper juga harus bersertifikat. Selain fasilitas latihan standar, harus juga tersedia kamar ganti, mini bus, dan lainnya. SSB Bintang 3 juga harus terbukti eksis selama 10 tahun. Pendaftaran maksimal Rp 2,5 juta dan biaya bulanan maksimal Rp 1 juta.


Akademi, secara umum, hampir sama dengan persyaratan SBI Bintang 3. Bedanya, akademi justru tidak menarik biaya dari siswa alias gratis karena didanai sponsor dan pemain-pemainnya merupakan siswa dengan status kontak serta siap dijual ke klub-klub yang membutuhkan pemain. 

Rabu, 21 Januari 2015

MEMPERSIAPKAN MAKANAN BAGI ATLET SEPAK BOLA

Oleh :  SUPRIYONO.,S.KM., M.Kes
Sepakbola  merupakan olahraga yang banyak digemari oleh masyarakat di seluruh dunia  termasuk di Indonesia. Permainan sepakbola sangat membutuhkan energi  tinggi dan dapat disetarakan dengan kebutuhan energi bagi pekerja sangat berat.  Gerakan-gerakan yang dilakukan oleh pemain berupa lari, tendang, loncat dan sprint-sprint pendek yang persentasinya  cukup besar.   Gerakan lain yang khas dan dominan dalam permainan sepakbola adalah mendrible bola, benturan dengan lawan dan heading bola.
Permainan  sepakbola  memerlukan  ketrampilan  yang  berhubungan  dengan kebugaran  tubuh, yaitu kekuatan dan daya ledak otot, kecepatan dan kelincahan. Daya ledak otot adalah  kemampuan otot untuk melakukan kontraksi otot dengan sangat cepat, yang sangat dipengaruhi oleh kekuatan otot.  Kecepatan dalam bermain sepakbola  memerlukan  kesegaran  jasmani  atau  kebugaran.  Sedangkan  kelincahan seorang pemain sepakbola untuk bergerak cepat dan merubah  posisi secara tepat membutuhkan keseimbangan tubuh dan ketrampilan yang tinggi.
Kekuatan otot yang tinggi sangat diperlukan oleh pemain sepakbola untuk berlari cepat,  menendang bola, melempar bola, mempertahankan keseimbangan tubuh dan mencegah terjatuh saat benturan dengan pemain lawan.
Selain  itu,  permainan  ini  membutuhkan  daya  tahan  jantung  dan  paru  yang menggambarkan  kapasitas untuk melakukan aktivitas secara terus menerus dalam waktu  lama  tanpa  mengalami  kelelahan  yang  berarti.  Berdasarkan  karakteristik permainan sepakbola seperti diatas maka untuk dapat mencapai prestasi yang optimal pemain  sepakbola  harus  memenuhi  persyaratan  tertentu. Bentuk  tubuh  pemain sepakbola harus ideal yaitu sehat, kuat, tinggi dan tangkas. Seorang pemain sepakbola harus  mempunyai  indeks massa tubuh (IMT)   yang normal   dengan Tinggi Badan diatas rata-rata.   Komposisi tubuh harus proporsional antara massa otot dan lemak. Tidak boleh ada lemak yang berlebih.
Oleh karena itu, untuk menjadi pemain sepakbola dengan bentuk tubuh yang ideal, dan aktivitas  yang prima memerlukan program pelatihan yang teratur dan terarah. Pelatihan  beban  untuk  meningkatkan  kekuatan  otot,  pelatihan  peragangan  untuk memperkuat kelenturan tubuh dan pelatihan aerobik untuk meningkatkan kebugaran serta pelatihan   teknik dan ketrampilan.   Semua  upaya diatas, akan mencapai hasil yang lebih baik dengan asupan gizi atau pengaturan makanan dengan kebutuhan gizi yang lebih besar dibanding orang biasa. Hal ini yang harus disadari dan  dipahami oleh pemain sepakbola, pelatih dan keluarga serta lingkungannya agar selalu menjaga kondisi kesehatannya dengan asupan gizi atau pengaturan makanan yang seimbang. Pangaturan makanan khusus harus disiapkan pada masa pelatihan, pertandingan dan pasca pertandingan.
Kebutuhan gizi atlet sepakbola pada dasarnya adalah sama dengan otang biasa  yaitu menganut  prinsip “Gizi Seimbang” yang mengandung cukup karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, air dan serat.
Pengaturan makanan atlet sepak bola
Seorang atlet sepakbola harus memperhatikan kondisi fisik dan mental agar dapat  selalu   tampil  secara  prima  dalam  setiap  pertandingan.  Makanan  yang memenuhi gizi seimbang memegang peranan penting agar atlet dalam kondisi sehat dan berprestasi.  Seorang atlet yang mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang secara terencana akan berada pada status gizi baik.
Pada periode persiapan di pemusatan latihan, periode pertandingan maupun periode   pemulihan  pemberian  makan  pada  atlet  harus  diatur  sedemikian  rupa sehingga kondisi atlet yang prima mampu meningkatkan prestasi.  Makanan dengan gizi  seimbang  adalah  makanan  yang  mengandung  jumlah  kalori  dengan  proporsi sebagai berikut : 60 – 70%  karbohidrat, 10 – 15 %  protein, 20n- 25 % lemak, serta cukup vitamin, mineral dan air. Kebutuhan kalori dan protein pada  atlet sepakbola bervariasi sesuai dengan umur, status gizi serta periode pelatihan atau pertadingan. Secara umum kebutuhan kalori atlet sepakbola cukup tinggi mencapai >4500 kilo kalori, atau rata-rata 1,5 – 2 kali  dibanding dengan orang biasa pada umur dan status gizi yang sama.
Pengaturan makanan  selama  pemusatan  latihan  harus  mengandung  energi yang  cukup  terutama  makanan  yang  mengandung  karbohidrat  untuk  mengganti cadangan glikogen yang telah dipakai selama latihan. Pengaturan makan pada periode pertandingan sangat penting untuk memperoleh penampilan yang optimal. Makanan perlu  diatur  sedemikian  rupa  sehingga  sebelum   pertandingan  dimulai,  proses pencernaan  makanan  sudah  selesai  agar  aliran  darah  terkonsentrasi  menuju  otot rangka. Aliran darah ke otot rangka dimaksudkan untuk menyalurkan  zat gizi dan oksigen yang dibutuhkan pada saat berkontraksi, misalnya menendang bola. Pada saat bertanding perlu tambahan cairan (minum air putih/ jus buah) untuk mengganti cairan tubuh yang keluar melalui keringat sehingga dapat mencegah terjadinya kekurangan cairan   tubuh   (dehidrasi).   Sedangkan   pengaturan   makan   setelah   pertandingan ditujukan untuk mempertahankan serta  meningkatkan status gizi dan kondisi fisik pemain.

Contoh Makanan  Saat  Latihan (Persiapan)
Jam 05.30:*Telur rebus matang/ ½  matang ( 1 butir)
*Teh manis  (1 gelas)
MAKAN PAGI
Jam 07.30:*Nasi (1½  piring sedang)
*Ayam pangang tanpa kulit  (1 potong sedang)
*Makaroni schotel (1 potong sedang)
*Tumis buncis + soun + udang ( 1 mangkok)
*Jus belimbing  (1 gelas)
Jam 10.00:*Agar-agar isi bskuit (1 potong)
*Selada buah  (1 gelas)
MAKAN SIANG
Jam 12.00:*Nasi (2  piring sedang)
*Ikan bakar bumbu kuning  (1 potong sedang)
*Tahu panggang isi telur puyuh dan daging giling(1 potong sedang)
*Sayur asam ( 1 mangkok)
*Pepaya (1 potong sedang)
*Teh manis (1 gelas)
Jam 16.00:*Lemper  (1 potong)
*Teh manis (1 gelas)
MAKAN MALAM
Jam 19.00:*Nasi (1½  piring sedang)
*Ayam bakar (1 potong)
*Salad, jagung pipil, wortel, kentang ongklok (1 porsi)
*Soup sayuran ( 1 mangkok)
*Perkedel kentang panggang (1 potong sedang)
*Jeruk (1 buah)
Jam 21.00:*Lontong mie  (1 buah)
*Salada buah (1 gelas)
Jam 22.00:*Susu skim (1 gelas)
Contoh Makanan  Sebelum  Bertanding
Bila bertanding pagi  Jam  08.00
MAKAN MALAM
Jam 19.00:Makanan lengkap yang terdiri dari :
*Nasi (1½  piring sedang)
*Pepes ikan teri  (1 porsi)
*Soup sayuran ( 1 mangkok)
*Perkedel kentang  (1 potong)
*Jeruk manis (1 gelas)
Jam 22.00:*Susu skim (1 gelas)
*Biskuit (3 buah)
Jam 06.30:*Roti bakar tanpa margarine isis selai (3 tangkap)
*Jus Melon/ buah lain (1 gelas)
*Teh manis  (1 gelas)
Bila bertanding pagi  Jam  10.00
MAKAN MALAM
Jam 19.00:Makanan lengkap yang terdiri dari :
*Nasi (1½  piring sedang)
*Ikan bakar + sambal kecap (1 potong sedang)
*Perkedel jagung  (1 potong)
*Cah kangkung (1 mangkok)
*Teh manis (1 gelas)
Jam 21.00:*Teh manis (1 gelas)
Jam 22.00:*Susu skim (1 gelas)
*Biskuit (3 buah)
Jam 07.00:Berupa makanan lengkap/ snack berat     yang terdiridari :
*Nasi (1½  piring sedang)
*Rolade telur (1 potong sedang)
*Stup wortel/ selada (1 porsi)
*Teh manis  (1 gelas) 
3 – 4 jam  sebelum  bertanding diberikan makanan lengkap yaitu :
Nasi (1 piring sedang)
Ayam panggang tanpa kulit (1 potong sedang)
Tahu isi daging giling (1 potong sedang)
Sop wortel, kentang, bakso (1 mangkok)
Jus buah  (1 gelas)
Contoh makanan pada  Saat Bertanding
2 – 3 jam  sebelum  bertanding  diberikan makanan berupa snack :
Krakers (3 buah)  atau
Roti (2 iris) + selai
Bakpia kacang hijau (4 buah)
1 – 2 jam  sebelum  bertanding diberikan makanan cair/minuman :
Jus melon/ buah lain (1 gelas)
< 1 jam  sebelum  bertanding  diberikan minuman :
Jus mangga/ buah lain  (1 gelas)
Selama bertanding  diberikan minuman :
Air putih atau jus buah
Larutan isotonik (larutan yang mengandung unsur gula dan garam dalambentuk minuman atau dapat diberikan oralit)

Contoh makanan Setelah Bertanding
½ jam  setelah bertanding  dibeikan :
Jus belimbing/ buah lain  (1 gelas)
Air putih
1 jam  setelah bertanding  diberikan :
Jus Tomat (1 gelas)
Snack ringan/ biskuit
Air putih
2 jam  setelah bertanding  diberikan makanan lengkap porsi kecil tapi serimg (1/2 porsi) :
Nasi (1 piring sedang)
Soto ayam (1 mangkok)
Jus jeruk/ buah lain (1 gelas)
Air putih
4 jam  setelah bertanding (1 porsi) :
Nasi (1½  piring sedang)
Telur asin (1 butir)
Rawon (1 mangkok)
Setup wortel & jagung muda (1 mangkok)
Lalap
Kerupuk udang (1 potong)






Air putih
Demikian tips dari kami semoga dapat memberikan manfaat bagi Anda...terima kasih !
sumber : http://gizi.depkes.go.id/mempersiapkan-makanan-bagi-atlet-sepak-bola


Selasa, 20 Januari 2015

MANUAL STANDARISASI PEMBINAAN USIA MUDA DI INDONESIA

MANUAL STANDARISASI PEMBINAAN USIA MUDA DI INDONESIA

PENDAHULUAN

Guna memperbaiki kinerja klub sepak bola khususnya yang bergerak di bidang pembinaan usia muda, perlu diimplementasi sebuah kebijakan standarisasi. Dengan adanya standarisasi dan kategorisasi diharapkan klub-klub yang bergerak di bidang pembinaan usia muda di seluruh Indonesia bisa; 1) Terindentifikasi (terdaftar), 2) Dipacu untuk maju dan memperbaiki status, kualitas kinreja dan fasilitas klub.
Pada intinya kategorisasi didasarkan kualitas klub dalam hal: 1) fasilitas, 2) SDM pelatih dan pengurus, 3) organisasi program klub, 4) kualitas program latihan, 5)keanggotaan, 6) dedikasi terhadap asas fair play dan pentingnya pendidikan formal.
KATEGORISASI
Ada 3 level kategorisasi: 
1. Level BINA BOLA
2. level SSB (Sekolah Sepak Bola) dengan subkategori SSB
Bintang Satu, SSB Bintang Dua dan SSB Bintang Tiga.
3. Level AKADEMI
Penjabaran persyaratan serta cara penilaian berbasis poin (guna mengedepankan objektifitas) akan dijelaskan secara lebih rinci pada halaman-halaman selanjutnya.
BADAN PEMILIK OTORITAS PENILAIAN SEKALIGUS PENGAWASAN
Wewenang penilaian, kategorisasi, sekaligus tugas untuk mengawasi klub Pembina usia muda diberikan kepada 3 institusi dibawah ini:
1. PENGCAB: Pengurus cabang daerah diwajibkan melakukan pendataan, penilaian, kategorisasi BINA BOLA atau SSB Bintang Satu, sekaligus mengawasi klub yang membina usia muda di wilayah kekuasaannya agar tetap memenuhi persyaratan sesuai kategorinya.
2. ASOSIASI SEKOLAH SEPAK BOLA INDONESIA (ASSBI): Organisasi ASSBI diberikan tugas dan wewenang untuk mendata, memberikan penilaian dan kategorisasi kepada SSB Bintang Dua atau SSB Bintang Tiga, sekaligus mengawasi SSB agar tetap memenuhi persyaratan sesuai kategorinya. Khusus untuk pelaksanaan pengawasan ASSBI bisa bekerja sama dengan PENGCAB setempat.
3. PSSI PUSAT BAGIAN PEMBINAAN USIA MUDA: Otoritas pendataan, verifikasi AKADEMI, serta pengawasan terhadap AKADEMI agar tetap memenuhi persyaratan sesuai kategori AKADEMI yang dimilikinya dilaksanakan langsung oleh PEMBINAAN USIA MUDA PSSI Pusat.
Khusus untuk pelaksanaan pengawasan PSSI Pusat bagian PEMBINAAN USIA MUDA bisa meminta bantuan PENGPROV dan/atau PENGCAB setempat.
PERSYARATAN UMUM MASING-MASING KATEGORI
BINA BOLA:
BINA BOLA adalah klub bola yang tidak memenuhi persyaratan minimal yakni SSB BINTANG SATU. PENGCAB setempat diharapkan tetap mengawasi dan mendorong BINA BOLA agar secepatnya memenuhi persyaratan minimal agar bisa naik status ke kategori SSB BINTANG SATU.
SSB BINTANG SATU:
• Terdaftar di PENGCAB setempat.
• Lapangan masuk kategori “layak pakai.”
• Memiliki organisasi kepengurusan.
• Fasilitas latihan (gawang, cones, jumlah bola,dll) tersedia.
• Telah terbukti terus exist/beraktifitas.
• Memiliki beberapa kategori kelompok umur (minimal 2).
• Penjadwalan latihan terorganisasi dengan baik sehingga jumlah siswa tidak melebihi 23 dalam sebuah latihan (agar pemain bisa disupervisi dengan baik).
• Jumlah pelatih dibandingkan siswa minimal adalah 20 banding satu.
• Lisensi staf pelatih minimal D. Semua staf pelatih memiliki sertifikat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (p3k).
• U12 kebawah bermain 4v4 sampai 7v7. Pengasahan tehnik dengan bola terlihat dominan.
• Pelatih kiper tersedia.
• Memiliki komitmen untuk menjunjung tinggi FAIR PLAY, tidak mencuri umur, serta menomersatukan pendidikan formal siswa (komitmen ini harus tertulis dan didukung kesaksian siswa dan warga serta reputasi umum).
SSB BINTANG DUA:
• Terdaftar di ASSBI dan PENGCAB setempat.
• Lapangan masuk kategori “memuaskan.”
• Memiliki organisasi kepengurusan.
• Fasilitas latihan (gawang, cones, bola, dll) tersedia dan berkualitas.
• Telah terbukti terus exist dan beraktifitas dalam kurun waktu yang cukup lama.
• Memiliki beberapa kategori umur (minimal 3).
• Penjadwalan latihan terorganisasi dengan baik sehingga jumlah siswa tidak melebihi 23 dalam sebuah latihan (agar siswa bisa disupervisi dengan baik).
• Jumlah pelatih dibanding siswa minimal adalah 1 banding 15 (artinya apabila jumlah siswa yang berlatih melebihi angka 15 diharuskan ada pelatih ke dua –asisten- di lapangan).
• Lisensi staf pelatih kepala yang memimpin latihan minimal C, untuk staf asisten pelatih minimal D. Semua staf pelatih memiliki sertifikat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (p3k).
• Program latihan tematis (dari awal sampai akhir latihan terlihat jelas mengusung tema latihan yang spesifik) dan terorganisasi secara rapi.
• U12 kebawah bermain 4v4 sampai 7v7. Pengasahan tehnik dengan bola terlihat dominan.
• Pelatih kiper bersertifikat tersedia.
• Memiliki komitmen untuk menjunjung tinggi FAIR PLAY, tidak mencuri umur, serta menomersatukan pendidikan formal siswa (komitmen ini harus tertulis dan didukung kesaksian siswa dan warga serta reputasi umum).
SSB BINTANG TIGA:
• Terdaftar di ASSBI dan PENGCAB setempat.
• Lapangan masuk kategori “bagus.”
• Memiliki organisasi kepengurusan yang sangat rapi. Ada kerja sama khusus dengan Fisio, Dokter dan Rumah Sakit.
• Fasilitas latihan (gawang, cones, bola, dll) tersedia, lengkap, dan berkualitas tinggi. Juga tersedia fasiliats penunjang (EXTRA) seperti kamar ganti, mini bus/elf, dll.
• Telah terbukti exist dan beraktifitas dalam kurun waktu yang cukup lama.
• Memiliki beberapa kategori umur (minimal 4).
• Penjadwalan latihan terorganisasi dengan baik sehingga jumlah siswa tidak melebihi 23 dalam sebuah latihan (agar siswa bisa disupervisi dengan baik).
• Jumlah siswa dibanding pelatih adalah 10 banding 1 (artinya apabila jumlah siswa melebihi 10 diharuskan ada pelatih ke dua –asisten- di lapangan)
• Lisensi staf pelatih kepala yang memimpin latihan minimal B, untuk staf asisten pelatih minimal C. Ada pelatih pembina berlisensi A yang aktif terlibat melatih/mengawasi.
• Program latihan tematis (dari awal sampai akhir latihan terlihat jelas mengusung tema latihan yang spesifik) dan terorganisasi secara rapi.
• U12 kebawah bermain 4v4 sampai 7v7. Pengasahan tehnik dengan bola terlihat dominan.
• Pelatih kiper bersertifikat tersedia.
• Memiliki komitmen untuk menjunjung tinggi FAIR PLAY, tidak mencuri umur, serta menomersatukan pendidikan formal siswa (komitmen ini harus tertulis dan didukung kesaksian siswa, warga, serta reputasi umum.
AKADEMI:
• Terdaftar di PENGCAB setempat, ASSBI, dan PSSI Pusat.
• Persyaratan sama dengan SSB BINTANG TIGA. Yang membedakan AKADEMI tidak menarik biaya dari siswa alias gratis.
KETERANGAN TAMBAHAN
1. Setiap poin persyaratan harus dipenuhi guna mendapatkan lisensi kategori yang diinginkan. Artinya kelebihan persyaratan di poin-poin tertentu tidak bisa menutup kekurangan di poin-poin lainnya.

2. Pengaduan tentang apa saja dalam proses verifikasi bisa ditujukan ke PENGCAB, PENGPROV, ASSBI, maupun PSSI Pusat bagian PEMBINAAN USIA MUDA.

Senin, 19 Januari 2015

Cara Mendirikan Klub Sepakbola (SSB)



Mendirikan Klub sepakbola di Indonesia ternyata gampang-gampang susah. Gampangya karena aturannya sudah ada yang terhimpun dalam Pedoman Dasar Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Susahnya kaena masih banyak pengurus cabang yang belum mengerti tentang aturan-aturan PSSI. Lebih sulit lagi, karena selain tidak mengerti beberapa pengurus cabang PSSI di berbagai daerah merasa paling berkuasa dan paling menentukan terhadap munculnya suatu klub sepakbola.

Memang benar, pengurus cabang PSSI adalah jajaran paling depan dalam pembinaan sepakbola di Indonesia. Tapi itu dulu. Sekarang, sekolah sepakbola (SSB) lebih mendominasi kegiatan pembinaan itu secara praktis. Alhasil, PSSI hanya perlu membina SSB untuk maju dan berkolrelasi dengan kebutuhan pemain oleh klub. Percuma SSB banyak jika ditunjang dengan banyaknya klup yang bertugas mengelola pemain ke kancah profesional. Oleh karena itu, sudah bukan waktunya lagi elemen PSSI mempersulit berdirinya klub. Klub akan lebih meramaikan kompetisi dan menggulirkan ekonomi masyarakat. Berikut ini cara mendirikan klub sepakbola anggota PSSI.

Persyaratan:
Sayarat suatu klub sepakbola tertera pada Pedoman Dasar PSSI pasal 5 tentang Syarat-Syarat keanggotaan yang isinya sebagai berikut:
  1. Menyetujui dasar, asaz, dan tujuan PSSI. Ketiga hal tersebut bisa dibaca langsung di Pedoman Dasar yang dijadikan referensi tulisan ini.
  2. Mempunyai badan hukum dan pedoman dasar yang tidak bertentangan dengan PSSI. Badan hukum yang lazim saat ini berupa perseroan terbatas dan yayasan. Kedua bentuk badan hukum ini telah digunakan oleh klub-klub besar yang saat ini berlaga di Liga Super Indonesia.
  3. Berkedudukan dan berkantor di kabupaten/kota tempat domisilinya. Tempat kedudukan ini juga dicantumkan dalam pedoman dasar atau anggaran dasar saat menghadap notaris. Sementara domisili kantor dibuktikan dengan surat keterangan doisili oleh kepala desa atau kelurahan setempat.
  4. Memiliki pelatih dan wasit. Pelatih sepakbola merupakan individu terlatih berlisensi PSSI dan afiliasinya seperti AFC, AFC, dan FIFA. Begitu juga dengan wasit. Kedua perangkat ini dibutuhkan oleh sepakbola dan ada sistem pendidikan yang disediakan oleh PSSI.
  5. Memiliki atau mendapatkan ijin meneggunakan dari pemilik atau pengelola stadion atau lapangan sepakbola yang memenuhi syarat.
  6. Mengajukan permohonan untuk menjadi calon anggota kepada Pengurus Cabang untuk mendapatkan rekomendasi Pengurus Daerah dan disetujui oleh Pengurus Pusat PSSI. Surat permohonan diajukan ke Pengurus Cabang PSSI dilampiri berkas pedaftaran yang berisi dokumen syarat 1-5 (Pernyataan setuju terhadap dasar, asaz, dan tujuan PSSI; Akte pendirian dan badan hukum; Surat keterangan domisili kantor; fotocopy sertifikat lisensi pelatih, fotocopy sertifikat lisensi wasit; dan Surat keterangan kepemilikan stadion atau surat pernyataan ijin penggunaan lapangan atau stadion).
  7. Untuk menjadi anggota, calon anggota harus memenuhi kewajiban seperti yang disyaratkan pada ayat 1 sampai dengan 6, dapat disahkan dan ditetapkan oleh Pengurus Pusat PSSI.

Dalam 7 persayaratan di atas tidak dicantumkan adanya keharusan memiliki pemain. Tapi di beberapa pengcab harus melampirkan daftar pemain (aneh tapi nyata sih..). Ikuti saja lah daripada harus nyogok.

Prosedur Pendirian Klub

Setelah syarat 1-5 ada semua, tibalah saatnya mengikuti prosedur (syarat 6-7). Jadi prosedurnya lakukan langkah syarat 6 dan 7. Di sinilah dinamika organisasi sepakbola dimulai. Anda yang berniat mendirikan klub bola harus "bermain". Karena meski aturan-aturan PSSI sudah jelas tapi manuasinya yang berbeda.

Di syarat nomor 6, kita wajib mengajukan permohonan ke Pengcab PSSI yang adanya di kota/kabupaten untuk menjadi calon anggota PSSI. Setelah itu Anda (pasti bersama-sama orang pengcab) menemui Pengurus Daerah (Pengda) PSSI untuk mendapatkan rekomendasi agar disahkan oleh Pengurus Pusat PSSI. Dinamika memohon, direkomendasi, hingga disahkan, tentu saja tidak gratis. Bahkan lebih dari sekadar ongkos transportasi, makan di jalan, atau sedakar fotocopy berkas.

Syarat sudah jelas, prosedur pun sudah jelas. Namun "dinamika" sepakbola yang membuat kita harus membayar mahal karena lobi-lobi yang terpaksa kolusi.